BERANI
BERSAKSI
KIS.
4:1-12
OLEH : EV. HENI W. HAREFA, S.Th
OLEH : EV. HENI W. HAREFA, S.Th
Ilustrasi
Pada suatu hari,
seorang tukang cukur bertobat setelah mengikuti sebuah KKR. Tukang cukur ini berkomitmen
bahwa dia akan bersaksi kepada setiap pelanggannya supaya mereka mengenal Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pada keesokan harinya, ia bergumul dan
berdoa “Tuhan berikan aku keberanian untuk bersaksi kepada setiap pelanggan saya pada hari ini,
Amin!”.
Tidak lama kemudian,
datanglah pelanggan pertama, dan mulai mencukurnya. Mulailah hatinya mengingatkannya tentang komitmennya untuk bersaksi, namun entah kenapa mulutnya terasa sulit untuk
berkata-kata. Hatinya semakin berdetak kencang dan merasa kebingungan. Dia sungguh tidak punya keberanian untuk menyampaikan tentang Injil. Hingga akhirnya pelanggan pertama itu pergi.
Wah…dia sangat sedih karena
belum berani bersaksi. Lalu dia kembali berdoa kepada Tuhan, dia bertekad
untuk memberanikan diri untuk bersaksi kepada pelanggan yang berikutnya.
Ketika pelanggan kedua
datang, dia mulai mencukurnya. Dengan penuh kegelisahan dia mencoba
memberanikan diri untuk bersaksi.
Ia mengambil pisau yang tipis dan panjang
yang biasanya dipakai untuk mengikis bulu-bulu rambut yang halus dan mulai mengasahnya.
Sambil mengasah pisau, dia menatap mata pelanggannya lalu berkata “Tuan, apakah
tuan sudah siap mati???? Mendengar hal itu, pelanggan tersebut langsung lari ketakutan.
Tukang cukur itu pun terkejut dan bingung. Maksud hatinya baik, tetapi kok pelanggannya lari? Apa yang salah?
Kejadian ini sering
kali kita alami dalam kehidupan kita sebagai orang-orang Percaya. Kita sering
kali berkomitmen untuk mau bersaksi, Tetapi pada kenyataannya kita belum punya
keberanian untuk menyaksikannya.
Berbeda dengan Petrus
dan Yohanes. Mereka adalah murid yang sangat memiliki keberanian dalam bersaksi
tentang Yesus Kristus sebagaimana tertulis di dalam Kis. 4:1-12. Mereka siap
menghadapi tantangan. Mereka tidak takut terhadap ancaman. Mereka punya hati
yang berkobar-kobar untuk menyaksikan tentang “Siapakah Kristus yang telah
menyelamatkan mereka”.
Latar
Belakang:
Peristiwa dalam Kis.
4:1-12, berawal ketika Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang laki-laki yang sudah lumpuh sejak 40 tahun. Orang
lumpuh itu biasa duduk di depan pintu Gerbang Bait Allah, untuk meminta sedekah
kepada orang-orang yang masuk ke dalam Bait Allah. Ketika Petrus dan Yohanes
hendak masuk ke Bait Allah, Orang lumpuh menyodorkan tangannya berharap kedua
rasul tersebut memberikannya uang. Tetapi Petrus berkata kepadanya “ Emas dan
perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu : Demi
nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah! Seketika itu juga, orang
lumpuh tersebut dapat berdiri, dan berjalan. Peristiwa itu disaksikan oleh
banyak orang. Mereka sangat takjub karena orang lumpuh tersebut dapat berjalan
kembali. Orang lumpuh yang sudah mengalami kesembuhan itu, terus mengikut
Petrus dan Yohanes sehingga banyak datang berbodong-bondong mengerumi mereka. Melihat
hal itu, Petrus dan Yohanes mempergunakan kesempatan tersebut untuk bersaksi
tentang Yesus Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga.
ISI
(I)Para Imam dan kepala
pengawal Bait Allah, serta Orang Saduki marah kepada Petrus dan Yohanes (Ay.2)
Ditengah-tengah khotbah
Petrus dan Yohanes, tiba-tiba para imam dan kepala pengawal Bait Allah serta
orang-orang saduki, datang dan marah-marah kepada Petrus serta Yohanes. Pertanyaannya adalah
mengapa mereka marah kepada Petrus dan Yohanes.
Alasan mengapa
mereka marah kepada Petrus dan Yohanes yaitu:
1)
Sebab Petrus dan Yohanes berkhotbah di kerumunan
orang banyak.
Para
Imam kepala merasa bahwa Petrus dan Yohanes tidak layak untuk berkhotbah karena
mereka hanyalah orang biasa yang dikenal sebagai nelayan. Mereka merasa bahwa
hanya mereka yang lebih pantas untuk berkhotbah dan mengajar di depan orang
banyak.
Refleksi:
Hal
ini sering kali terjadi di dalam Gereja. Orang-orang yang merasa dirinya lebih
rohani tidak bisa menerima ketika ada orang lain yang lebih daripada dia.
Sehingga dalam pelayanan sering kali terjadi persaingan, dan motivasi yang
salah. Antara gereja yang satu dengan yang lain saling menjelekkan. Antara
hamba Tuhan yang satu dengan yang lain saling menjatuhkan (Mis: dengan berkata
Khotbahnya tidak teologis, tidak sistematis, kurang pendalamannya). Karena
merasa hanya dirinyalah satu-satunya yang lebih pantas. Tetapi ini merupakan
tindakan yang tidak boleh di tiru sebagai anak-anak Tuhan. Jangan pernah
menganggap orang lain rendah terutama dalam pelayanan. Tuhan memberikan kita
masing-masing karunia untuk saling melengkapi. Belajarlah untuk merendahkan
diri dan menerima orang lain baik kelemahannya maupun kelebihannya.
2)
Sebab Petrus dan Yohanes menyaksikan
tentang kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati.
a. Ketika
Tuhan Yesus bangkit, para imam menyembunyikan suatu kebenaran yang harusnya
diketahui oleh orang banyak. Mereka berkata bahwa “Yesus itu tidak bangkit,
tetapi dia dicuri oleh murid-muridNya (Mat. 28:11-13). Tentu hal ini membuat
mereka sangat marah, ketika Petrus dan Yohanes mengungkapkan kebenaran yang
sesungguh, bahwa Yesus itu benar-benar sudah bangkit dari antara orang mati.
Refleksi:
Bapak/I, ketika ada orang lain yang
mencoba menyembunyikan kebenaran, apakah saudara berani “mengungkapkan kebenaran
itu”? Kebanyakkan orang tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebenaran.
Mereka takut pada ancaman, apalagi bila hal itu berhubungan dengan dunia
pemerintahan, mereka takut jabatannya di copot. Sebagai anak Tuhan, kita harus
berani mengungkapkan kebenaran, sekalipun hanya sendiri dan orang lain tidak
dipihak kita, ingat Tuhan senantiasa ada dipihak orang benar.
3)
Orang-orang Saduki juga ikut marah,
sebab Petrus dan Yohanes mengajarkan tentang kebangkitan orang mati. Orang-orang
Saduki orang-orang yang berasal dari golongan pemimpin agama Yahudi, yang
sebagian besar terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada
kelima Kitab Musa dan menolak segala adat istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka
tidak percaya adanya kebangkitan dan adanya malaikat (Mat. 22:23; Luk. 20:27).
refleksi:
Ini juga menjadi tantangan bagi Gereja, bagaimana kita berani melawan ajaran sesat yang mencoba menggoncangkan iman orang-orang Percaya. Pada Zaman sekarang, ada begitu banyak ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, oleh sebab itu kita berdiri sebagai Petrus dan Yohanes masa kini untuk menentang ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Allah.
(II)
Petrus dan Yohanes di tangkap (3-6)
Hal yang menarik di dalam ayat 3-6 adalah orang
lumpuh yang sudah mengalami kesembuhan itu, tidak meninggalkan Petrus dan Yohanes, tetapi
justru dia juga turut menjadi saksi untuk Petrus dan Yohanes dalam sidang tersebut. Dia berdiri di
samping Petrus dan Yohanes sampai sidang selesai.
Refleksi:
Ada banyak orang-orang percaya meninggalkan Tuhan setelah mereka mengalami Mujizat, atau setelah mereka ada di zona nyaman. Mereka lupa bahwa dirinya haruslah menjadi saksi sampai Tuhan Yesus memanggil kita kembali. Marilah kita belajar dari laki-laki yang lumpuh ini, kita harus tetap setiap mengiring Yesus sampai akhir hidup kita, sekalipun banyak tantangan yang kita hadapi dalam perjalanan hidup kita.
Para imam, beserta orang saduki menangkap Petrus dan Yohanes lalu membawanya dihadapan mahkama Agama. Dalam sidang yang dilasanakan di Yerusalem, Petrus dan Yohanes di interogasi dengan satu pertanyaan yang justru pertanyaan itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bersaksi: “Dengan Kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?” Pertanyaan ini merujuk kepada peristiwa orang lumpuh yang telah disembuhkan.
Dalam Ayat 8 Petrus
memberikan jawab atas pertanyaan tersebut dengan berkata (baca ayat 8-10). Petrus
menjelaskan bahwa Orang Lumpuh ini disembuhkan oleh kuasa Yesus Kristus orang Nazaret,
yang telah disalibkan oleh orang-orang Yahudi, yang telah dibuang oleh
tukang-tukang bangunan yaitu para imam itu sendiri, tetapi dia telah bangkit
dari antara orang mati, bahkan telah menjadi batu penjuru.
Hal yang luar biasa,
dalam kesaksian Petrus dia tidak menyaksikan dirinya sendiri. Tetapi dia
mengakui bahwa itu adalah kuasa daripada
Yesus Kristus. Ada banyak kesaksian yang kita sudah pernah dengar. Namun sering
kali kesaksian tersebut lebih menonjolkan diri sendiri. Misalnya kesaksian
bagaimana dia membangung sebuah gereja yang besar, atau bagaimana dia mendoakan
orang sakit lalu sembuh, dsb. Terkadang dalam kesaksian itu penuh dengan
kesombongan rohani sebab lebih cenderung menonjolkan kemampuan diri sendiri
dalam melakukan sesuatu yang luar biasa. Kesaksian yang benar adalah ketika kita
menyampaikan sesuatu yang sudah Tuhan lakukan dalam hidup kita, dan kita
menyadari sepenuhnya bahwa “Kita bukan siapa-siapa”, kita hanyalah ciptaan dan
dia penciptanya, kita hanya alatNya, dan dia pengemudiNya. Maka jika anda merasakan hal yang demikian,
kesaksian anda sungguh menjadi berkat bagi orang lain.
(III)Petrus
dan Yohanes berani bersaksi (Ayt.8-12)
Dalam sidang ini, tampaknya
Petrus dan Yohanes tidak memiliki ketakutan. Tetapi justru mereka memiliki keberanian
yang berkobar-kobar. Dalam ayat-ayat selanjutnya, Para imam dan orang-orang
saduki tersebut berunding untuk mencari cara lain supaya Petrus dan Yohanes
kalah dalam sidang tersebut. Mereka bersuha mengancam Petrus dan Yohanes supaya
tidak mengajar lagi. Namun ancaman itu gagal. Sebab Petrus dan Yohanes hanya
mau taat kepada Tuhan dan bukan kepada manusia. Lagian orang-orang itu tidak
berani berkutik sebab orang yang disembuhkan itu berdiri di samping Petrus dan
Yohanes sebagai saksi atas kejadian tersebut. Keberanian yang mereka miliki
bukan berasal dari dirinya sendiri, tapi berasal dari Roh Kudus.
Refleksi:
Bapak/I yang dikasihi
Tuhan, ketika kita bersaksi tentang Kristus, banyak tantangan yang kita hadapi.
Sebab sejak dulu Iblis membenci KristusNamun kita harus berani melewati
tantangan demi tentangan yang akan terjadi dalam kehidupan kita sebagai saksi
Kristus. Itu adalah salib yang harus kita pikul.
Sungguh disayangkan,
sampai hari ini Masih banyak murid-murid Kristus, yang belum mau bersaksi.
Mengapa?Ada beberapa Alasan yang membuat mereka tidak berani bersaksi:
- Mereka sendiri tidak tau apa yang harus disaksikan
- Adanya rasa takut.
- Bingung mau mulai dari mana?
- Belum siap menderita karena Injil (merasa nyaman dengan hidup yang sekarang ini
- Malu bersaksi
- Sibuk dengan berbagai pekerjaan.
- Percaya kepada KuasaNya (Kis 1: 8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turu ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
- Ingat bahwa Roh kudus turut bersaksi bersama-sama dengan kita (Rom. 8:16)
- Saksikan perbuatan Tuhan yang telah anda alami sendiri, bukan yang orang lain alami.
PENUTUP:
Bapak / ibu yang
dikasihi Tuhan Jangan malu bersaksi tentang Tuhan ( 2 Tim. 1:8) Ingat Kita
adalah saksi 1 Tes. 2:10. Tugas kita adalah bersaksi. Saksikanalah tentang
keajaiban Tuhan dalam hidup anda. Kita hanya bersaksi, masalah orang bertobat
setelah mendengar kesaksian kita adalah urusan Tuhan. Milikilah keberanian untuk menyaksikan
perbuatan Tuhan dalam hidup anda. Jangan pernah takut, sebab kemanapun kita
pergi, Tuhan selalu beserta kita. Dia menuntun kita untuk berbicara untuk
berkata-kata, sehingga setiap kesaksian kita menjadi berkat bagi orang lain.
Bersiaplah menghadapi tantangan, penderitaan bahkan penganiayaan. Sebab ketika
kita bersaksi, ada banyak macam respon orang-orang yang mendengarnya. Ada yang
senang mendengar, ada yang tidak terima, ada yang menolak kita. Namun itu
adalah salib yang harus ditanggung oleh setiap percaya. Marilah kita menjadi saksi bagi orang-orang yang belum percaya kepadaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar