Jumat, 29 September 2017

BERANI BERSAKSI (KISAH PARA RASUL 4:1-12)


BERANI BERSAKSI
KIS. 4:1-12
OLEH : EV. HENI W. HAREFA, S.Th

Ilustrasi

Pada suatu hari, seorang tukang cukur bertobat setelah mengikuti sebuah KKR. Tukang cukur ini berkomitmen bahwa dia akan bersaksi kepada setiap pelanggannya supaya mereka mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pada keesokan harinya, ia bergumul dan berdoa “Tuhan berikan aku keberanian untuk bersaksi  kepada setiap pelanggan saya pada hari ini, Amin!”.
Tidak lama kemudian, datanglah pelanggan pertama, dan mulai mencukurnya. Mulailah hatinya mengingatkannya tentang komitmennya untuk bersaksi, namun entah kenapa mulutnya terasa sulit untuk berkata-kata. Hatinya semakin berdetak kencang dan merasa kebingungan. Dia sungguh tidak punya keberanian untuk menyampaikan tentang Injil. Hingga akhirnya pelanggan pertama itu pergi.

Wah…dia sangat sedih karena belum berani bersaksi. Lalu dia kembali berdoa kepada Tuhan, dia bertekad untuk memberanikan diri untuk bersaksi kepada pelanggan yang berikutnya.
Ketika pelanggan kedua datang, dia mulai mencukurnya. Dengan penuh kegelisahan dia mencoba memberanikan diri untuk bersaksi. 

Ia mengambil pisau yang tipis dan panjang yang biasanya dipakai untuk mengikis bulu-bulu rambut yang halus dan mulai mengasahnya. Sambil mengasah pisau, dia menatap mata pelanggannya lalu berkata “Tuan, apakah tuan sudah siap mati???? Mendengar hal itu, pelanggan tersebut langsung lari ketakutan. Tukang cukur itu pun terkejut dan bingung. Maksud hatinya baik, tetapi  kok pelanggannya lari? Apa yang salah?

Kejadian ini sering kali kita alami dalam kehidupan kita sebagai orang-orang Percaya. Kita sering kali berkomitmen untuk mau bersaksi, Tetapi pada kenyataannya kita belum punya keberanian untuk menyaksikannya.  

Berbeda dengan Petrus dan Yohanes. Mereka adalah murid yang sangat memiliki keberanian dalam bersaksi tentang Yesus Kristus sebagaimana tertulis di dalam Kis. 4:1-12. Mereka siap menghadapi tantangan. Mereka tidak takut terhadap ancaman. Mereka punya hati yang berkobar-kobar untuk menyaksikan tentang “Siapakah Kristus yang telah menyelamatkan mereka”.

Latar Belakang:
Peristiwa dalam Kis. 4:1-12, berawal ketika Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang  laki-laki yang sudah lumpuh sejak 40 tahun. Orang lumpuh itu biasa duduk di depan pintu Gerbang Bait Allah, untuk meminta sedekah kepada orang-orang yang masuk ke dalam Bait Allah. Ketika Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, Orang lumpuh menyodorkan tangannya berharap kedua rasul tersebut memberikannya uang. Tetapi Petrus berkata kepadanya “ Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu : Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah! Seketika itu juga, orang lumpuh tersebut dapat berdiri, dan berjalan. Peristiwa itu disaksikan oleh banyak orang. Mereka sangat takjub karena orang lumpuh tersebut dapat berjalan kembali. Orang lumpuh yang sudah mengalami kesembuhan itu, terus mengikut Petrus dan Yohanes sehingga banyak datang berbodong-bondong mengerumi mereka. Melihat hal itu, Petrus dan Yohanes mempergunakan kesempatan tersebut untuk bersaksi tentang Yesus Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga.


ISI

(I)Para Imam dan kepala pengawal Bait Allah, serta Orang Saduki marah kepada Petrus dan Yohanes (Ay.2)
Ditengah-tengah khotbah Petrus dan Yohanes, tiba-tiba para imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang saduki, datang dan marah-marah kepada  Petrus serta Yohanes. Pertanyaannya adalah mengapa mereka marah kepada Petrus dan Yohanes.

Alasan mengapa mereka marah kepada Petrus dan Yohanes yaitu:
1)      Sebab Petrus dan Yohanes berkhotbah di kerumunan orang banyak.
Para Imam kepala merasa bahwa Petrus dan Yohanes tidak layak untuk berkhotbah karena mereka hanyalah orang biasa yang dikenal sebagai nelayan. Mereka merasa bahwa hanya mereka yang lebih pantas untuk berkhotbah dan mengajar di depan orang banyak.

Refleksi:
Hal ini sering kali terjadi di dalam Gereja. Orang-orang yang merasa dirinya lebih rohani tidak bisa menerima ketika ada orang lain yang lebih daripada dia. Sehingga dalam pelayanan sering kali terjadi persaingan, dan motivasi yang salah. Antara gereja yang satu dengan yang lain saling menjelekkan. Antara hamba Tuhan yang satu dengan yang lain saling menjatuhkan (Mis: dengan berkata Khotbahnya tidak teologis, tidak sistematis, kurang pendalamannya). Karena merasa hanya dirinyalah satu-satunya yang lebih pantas. Tetapi ini merupakan tindakan yang tidak boleh di tiru sebagai anak-anak Tuhan. Jangan pernah menganggap orang lain rendah terutama dalam pelayanan. Tuhan memberikan kita masing-masing karunia untuk saling melengkapi. Belajarlah untuk merendahkan diri dan menerima orang lain baik kelemahannya maupun kelebihannya.

2)      Sebab Petrus dan Yohanes menyaksikan tentang kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati.
a.       Ketika Tuhan Yesus bangkit, para imam menyembunyikan suatu kebenaran yang harusnya diketahui oleh orang banyak. Mereka berkata bahwa “Yesus itu tidak bangkit, tetapi dia dicuri oleh murid-muridNya (Mat. 28:11-13). Tentu hal ini membuat mereka sangat marah, ketika Petrus dan Yohanes mengungkapkan kebenaran yang sesungguh, bahwa Yesus itu benar-benar sudah bangkit dari antara orang mati.

Refleksi:
Bapak/I, ketika ada orang lain yang mencoba menyembunyikan kebenaran, apakah saudara berani “mengungkapkan kebenaran itu”? Kebanyakkan orang tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebenaran. Mereka takut pada ancaman, apalagi bila hal itu berhubungan dengan dunia pemerintahan, mereka takut jabatannya di copot. Sebagai anak Tuhan, kita harus berani mengungkapkan kebenaran, sekalipun hanya sendiri dan orang lain tidak dipihak kita, ingat Tuhan senantiasa ada dipihak orang benar.

3)      Orang-orang Saduki juga ikut marah, sebab Petrus dan Yohanes mengajarkan tentang kebangkitan orang mati. Orang-orang Saduki orang-orang yang berasal dari golongan pemimpin agama Yahudi, yang sebagian besar terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima Kitab Musa dan menolak segala adat istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka tidak percaya adanya kebangkitan dan adanya malaikat (Mat. 22:23; Luk. 20:27).

refleksi: 
Ini juga menjadi tantangan bagi Gereja, bagaimana kita berani melawan ajaran sesat yang mencoba menggoncangkan iman orang-orang Percaya. Pada Zaman sekarang, ada begitu banyak ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, oleh sebab itu kita berdiri sebagai Petrus dan Yohanes masa kini untuk menentang ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Allah. 

(II) Petrus dan Yohanes di tangkap (3-6)
Hal yang menarik di dalam ayat 3-6 adalah orang lumpuh yang sudah mengalami kesembuhan itu,  tidak meninggalkan Petrus dan Yohanes, tetapi justru dia juga turut menjadi saksi untuk Petrus dan Yohanes dalam sidang tersebut. Dia berdiri di samping Petrus dan Yohanes sampai sidang selesai. 

Refleksi: 
Ada banyak orang-orang percaya meninggalkan Tuhan setelah mereka mengalami Mujizat, atau setelah mereka ada di zona nyaman. Mereka lupa bahwa dirinya haruslah menjadi saksi sampai Tuhan Yesus memanggil kita kembali. Marilah kita belajar dari laki-laki yang lumpuh ini, kita harus tetap setiap mengiring Yesus sampai akhir hidup kita, sekalipun banyak tantangan yang kita hadapi dalam perjalanan hidup kita. 

Para imam, beserta orang saduki menangkap Petrus dan Yohanes lalu membawanya dihadapan mahkama Agama. Dalam sidang yang dilasanakan di Yerusalem, Petrus dan Yohanes di interogasi dengan satu pertanyaan yang justru pertanyaan itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bersaksi: “Dengan Kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?” Pertanyaan ini merujuk kepada peristiwa orang lumpuh yang telah disembuhkan. 
Dalam Ayat 8 Petrus memberikan jawab atas pertanyaan tersebut dengan berkata (baca ayat 8-10). Petrus menjelaskan bahwa Orang Lumpuh ini disembuhkan oleh kuasa Yesus Kristus orang Nazaret, yang telah disalibkan oleh orang-orang Yahudi, yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan yaitu para imam itu sendiri, tetapi dia telah bangkit dari antara orang mati, bahkan telah menjadi batu penjuru.
Hal yang luar biasa, dalam kesaksian Petrus dia tidak menyaksikan dirinya sendiri. Tetapi dia mengakui bahwa itu adalah kuasa  daripada Yesus Kristus. Ada banyak kesaksian yang kita sudah pernah dengar. Namun sering kali kesaksian tersebut lebih menonjolkan diri sendiri. Misalnya kesaksian bagaimana dia membangung sebuah gereja yang besar, atau bagaimana dia mendoakan orang sakit lalu sembuh, dsb. Terkadang dalam kesaksian itu penuh dengan kesombongan rohani sebab lebih cenderung menonjolkan kemampuan diri sendiri dalam melakukan sesuatu yang luar biasa. Kesaksian yang benar adalah ketika kita menyampaikan sesuatu yang sudah Tuhan lakukan dalam hidup kita, dan kita menyadari sepenuhnya bahwa “Kita bukan siapa-siapa”, kita hanyalah ciptaan dan dia penciptanya, kita hanya alatNya, dan dia pengemudiNya. Maka jika anda merasakan hal yang demikian, kesaksian anda sungguh menjadi berkat bagi orang lain.

(III)Petrus dan Yohanes berani bersaksi (Ayt.8-12)
Dalam sidang ini, tampaknya Petrus dan Yohanes tidak memiliki ketakutan. Tetapi justru mereka memiliki keberanian yang berkobar-kobar. Dalam ayat-ayat selanjutnya, Para imam dan orang-orang saduki tersebut berunding untuk mencari cara lain supaya Petrus dan Yohanes kalah dalam sidang tersebut. Mereka bersuha mengancam Petrus dan Yohanes supaya tidak mengajar lagi. Namun ancaman itu gagal. Sebab Petrus dan Yohanes hanya mau taat kepada Tuhan dan bukan kepada manusia. Lagian orang-orang itu tidak berani berkutik sebab orang yang disembuhkan itu berdiri di samping Petrus dan Yohanes sebagai saksi atas kejadian tersebut. Keberanian yang mereka miliki bukan berasal dari dirinya sendiri, tapi berasal dari Roh Kudus.

Refleksi:

Bapak/I yang dikasihi Tuhan, ketika kita bersaksi tentang Kristus, banyak tantangan yang kita hadapi. Sebab sejak dulu Iblis membenci KristusNamun kita harus berani melewati tantangan demi tentangan yang akan terjadi dalam kehidupan kita sebagai saksi Kristus. Itu adalah salib yang harus kita pikul.
Sungguh disayangkan, sampai hari ini Masih banyak murid-murid Kristus, yang belum mau bersaksi. Mengapa?Ada beberapa Alasan yang membuat mereka tidak berani bersaksi:

  1. Mereka sendiri tidak tau apa yang harus disaksikan
  2.  Adanya rasa takut.
  3. Bingung mau mulai dari mana?
  4. Belum siap menderita karena Injil (merasa nyaman dengan hidup yang sekarang ini
  5. Malu bersaksi
  6. Sibuk dengan berbagai pekerjaan.
Lalu bagaimana cara supaya kita punya keberani untuk bersaksi tentang Kristus?
  1.  Percaya kepada KuasaNya (Kis 1: 8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turu ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
  2. Ingat bahwa Roh kudus turut bersaksi bersama-sama dengan kita (Rom. 8:16)
  3. Saksikan perbuatan Tuhan yang telah anda alami sendiri, bukan yang orang lain alami.

PENUTUP:

Bapak / ibu yang dikasihi Tuhan Jangan malu bersaksi tentang Tuhan ( 2 Tim. 1:8) Ingat Kita adalah saksi 1 Tes. 2:10. Tugas kita adalah bersaksi. Saksikanalah tentang keajaiban Tuhan dalam hidup anda. Kita hanya bersaksi, masalah orang bertobat setelah mendengar kesaksian kita adalah urusan Tuhan.  Milikilah keberanian untuk menyaksikan perbuatan Tuhan dalam hidup anda. Jangan pernah takut, sebab kemanapun kita pergi, Tuhan selalu beserta kita. Dia menuntun kita untuk berbicara untuk berkata-kata, sehingga setiap kesaksian kita menjadi berkat bagi orang lain. Bersiaplah menghadapi tantangan, penderitaan bahkan penganiayaan. Sebab ketika kita bersaksi, ada banyak macam respon orang-orang yang mendengarnya. Ada yang senang mendengar, ada yang tidak terima, ada yang menolak kita. Namun itu adalah salib yang harus ditanggung oleh setiap percaya. Marilah kita menjadi saksi bagi orang-orang yang belum percaya kepadaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERDOA DAN BEKERJA 2 TES. 3: 1-15 LATAR BELAKANG: Surat tesalonika dituliskan oleh Paulus yang ditunjukkan kepada jemaat Tesa...