Selasa, 11 April 2017

BAHAYA LIDAH (Yakobus 3:1-12

LIDAH
YAK.3:1-12

Yakobus 3:1-12 ini, membahas permasalah atau konflik yang terjadi ditengah-tengah komunitas orang Percaya (Orang Kristen pada saat itu). Untuk meredakan sebuah konflik yang besar, Yakobus mengajak semua orang Kristen berbicara dengan baik (dari hati ke hati), (Yakobus 1:19). Agar tidak menyelesaikan masalah dalam keadaan marah.

Konflik ini berkaitan dengan kesenjangan atau perbedaan yang terjadi antara orang kaya dengan orang miskin (Pasal 1 dan 2). Berbagai masalah muncul, iri hati, mengingini milik orang lain. Sehingga mereka melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka mencuri, membunuh, dsb. Yang kaya suka merendahkan yang miskin, dan suka membeda-bedakan. Banyak diantara mereka juga orang-orang yang sok Rohani. Dan akhirnya terjadilah perpecahan adalah karena banyak orang-orang yang tidak hati-hati dalam mempergunakan lidahnya.

Di pasal 3 ini, Yakobus membahas lebih dalam tentang konflik yang terjadi karena tidak “Menjaga Lidah”

1.      Jangan banyak yang mau menjadi Guru (ay. 1)
Pada zaman itu, Guru atau Rabi adalah sebutan yang sangat terhormat Untuk para Ahli Kitab
(Seperti para ahli Taurat, Mereka disebut Rabi). Guru dikenal sebagai sosok yang memiliki pengetahuan yang baik, pemahaman yang baik, cara berpikir yang baik, dan cara berbicara yang baik. 

Kalau kita membaca ayat ini, maka kita berpikir bahwa Yakobus melarang orang-orang untuk tidak mengajar sebagai guru. Nah, kalau tidak ada guru, kira-kira apa yang terjadi? Anda pasti bisa membayangkan apa yang akan terjadi! Siapa yang akan mengajar? Guru adalah pahlwan tanpa tanda jasa yang sangat berperang penting dalam kehidupan kita. Dan kalau membaca teks ini, seolah-olah Yakobus melarang orang lain untuk jadi Guru, sementara dia juga termasuk Guru yang sedang mengajarkan Firman Tuhan kepada Jemaat.

Lalu apa sih sebenarnya maksud Yakobus mengatakan Demikian???
      Kita harus tahu bahwa guru yang dimaksud oleh Yakobus dalam Ayat ini adalah orang-orang yang menganggap dirinya lebih tahu dari yang lain, lebih pintar dari yang lain, lebih berhikmat dari yang lain, lebih bijaksana, suka menghakimi dan orang lain dan mengkritik orang lain.

Ketika terjadi sebuah perselisihan atau pertengkaran, semua orang yang terlibat dalam perselisihan itu menganggap dirinya paling benar. Si A berkata "Saya yang benar, Dia yang salah". Demikian juga Si B berkata "Saya benar, Dia yang salah". Semua orang menganggap dirinya benar, dan orang lain salah. Hal ini menunjukkan bahwa kita sering kali menghakimi orang lain. 

Tanpa kita sadar, kita sering menghakimi orang lain dengan berkata “Itu ndak benar, kalau saya yang melakukannya tidak akan seperti itu”. Apalagi ketika ketika ikut ibadah di gereja lain, salah sedikit kita komentar, dan yang lebih banyak dikomentari  adalah “Kesalahan”.

Guru yang seperti ini, akan dihakimi lebih berat:
1)      Mereka pintar berkata-kata, mereka pintar mengkritik orang, tapi mereka sendiri tidak melakukan yang baik
2)      Dirinya sendiri juga melakukan kesalahan dalam banyak hal (Ayat 2).

Sebagai orang percaya, janganlah kita suka menghakimi atau hanya pintar mengkritik orang lain. Karena kita juga melakukan Banyak Kesalahan terutama dalam perkataan.

2 Etika dalam hal mengkritik orang lain:

a)  Sebelum kita mengkritik orang lain, seharusnya kita bercermin terlebih dahulu. 
b) Alangkah lebih baik, jika kritik tersebut disertai dengan solusi.


Sebelum manusia jatuh dalam dosa, Lidah digunakan untuk memuliakan Tuhan, untuk berkata-kata yang baik dan benar. Tetapi ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Lidah digunakan dalam 2 hal yang saling bertentangan, yaitu MEMUJI TUHAN, Tapi Juga untuk berkata-kata tidak berkenan kepada Tuhan.

Yakobus memberikan 4 Analogi untuk menggambarkan betapa “BAHAYAnya LIDAH, JIKA TIDAK DIGUNAKAN HATI-HATI”. 

1.       Kekang pada mulut kuda (ayat 3)
“Sebenarnya kuda itu kuat, tetapi Ketika kekang dikenakan pada mulutnya, maka dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Justru pengemudilah yang Mengendalikannya”
2.       Kapal besar dikendalikan oleh kemudi yang kecil (Ayat 4)
Demikian juga kapal, sekalipun kapal yang sangat besar, tetapi dia di kendalikan oleh Kemudi yang amat kecil.

Makna dari kedua analogi diatas adalah
q  Sekalipun lidah itu kecil, namun dia bisa mengendalikan seluruh hidup kita.
q  Dikatakan di dalam ayat 2 bahwa, orang yang tidak bersalah dalam perkataan berarti dia bisa mengendalikan dirinya. Tetapi kenyataannya banyak orang bersalah dalam perkataan karena LIDAHnyalah yang mengendalikannya. Harusnya kitalah yang mengendalikan perkataan kita (istilahnya di rem)
q  Lidah/perkataan bisa menghidupkan dan bisa membinasakan.

Pertanyaan:
Bagaimana dengan kita selama ini, sudahkah kita mengendalikan setiap perkataan kita? Atau sebaliknya lidah mengendalikan kita, sehingga ketika pulang kerumah, kita ingat kembali perkataan kita, timbul penyesalan. Kenapa ya, tadi saya bicara demikian? Andaikan waktu dapat diputar kembali, saya akan bicara yang baik untuk dia. Sendainya kata-kata itu bisa “Ditarik kembali”, chattingan di BBM, maka tidak akan mungkin melukai orang lain.

3.      Api yang kecil dapat membakar hutan yang luas (ayat 5b-6)
Yakobus mengajak pembaca untuk “Melihat"  atau memperhatikan "Api"

Adapun Sifat-sifat Api yaitu 
  •  Panas, 
  • Berbahaya,
  • Merusak, 
  • Menyebar dengan cepat.


Demikian juga Lidah yang jahat sifatnya 
  • Pedas, (menusuk ke hati, dan mematikan).
  • Suka memecah belah
  • Merusak orang lain dan juga dirinya sendiri.Dengan menghakimi orang lain ingat dia akan menerima Hukuman dari Tuhan. Cepat menyebar.
  • Biasanya hal-hal buruklah yang paling cepat menyebar kemana-mana.

4.      Binatang liar (ayat 7-8)
Semua jenis binatang liar berhasil dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun dapat menjinakkan LIDAH”. Analogi ini menunjukkan bahwa lidah lebih liar dari pada binatang. Itulah sebabnya lidah tidak dapat dijinakkan. Lidah adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai dan penuh racun yang mematikan.
BACA Yeremia 9:3;8
Kenapa lidah mereka begitu liar mengatakan dusta dan bukan kebenaran? Jelas karena mereka tidak mengenal Allah.

Jika ada orang yang tidak mengatakan kebenaran tetapi mengatakan dusta kepada sesamanya, orang itu adalah orang yang tidak mengenal Allah. Kalau kita berkata, “SAYA ADALAH ORANG YANG MENGENAL ALLAH”, maka jangan pernah bersaksi dusta, tetapi katakanlah Kebenarannya.

LIDAH YANG JAHAT, PENUH DENGAN KEMUNAFIKKAN (ayat 9-12)
Lidah orang-orang jahat ini, saat di Ibadah mereka “MEMUJI TUHAN”, Saat selesai ibadah mereka “Memberkati orang lain”, Tetapi ketika orang lain melakukan kesalahan “Mereka mengutuk orang tersebut”, “Mereka mengatakan hal-hal yang tidak baik tentang orang itu.

Ayub 20:12
“Sungguhpun kejahatan manis rasanya di dalam
Mulutnya, sekalipun ia menyembunyikannya
Di bawah lidahnya”.

Yeremia 9:8
Lidah mereka adalah anak panah yang membunuh,
Perkataan dari mulutnya adalah tipu; mereka
Berbicara damai dengan temannya, tetapi dalam
Hatinya mereka merancang pengadangan terhadapnya

Ayat 11, mengatakan  Bahwa mata air tidak pernah memancarkan air tawar, dan juga memancarkan air pahit dari sumber mata air yang sama. Demikian juga tidak ada “POHON ARA yang menghasilkan “POHON ZAITUN”, dan tidak ada “POKOK ANGGUR  yang menghasilkan Buah Ara”.

Artinya, bila kita berkata saya adalah “Anak Tuhan”, maka perkataan kita adalah “Berkat”. Setiap ucapan kita adalah yang memberkati orang lain. Setiap ucapan kita adalah hal yang memuliakan nama Tuhan.  Kita tidak pernah mengatakan hal-hal yang tidak baik, kita tidak pernah menggosopi orang lain, kita tidak pernah memfitnah orang lain, kita tidak pernah menghina orang lain, sekalipun mereka menjengkelkan, mengecewakan, tetapi kita selalu “TUHAN MEMBERKATI ENGAKAU”.

Aplikasi:
Bapa/I, marilah kita mempergunakan LIDAH untuk hal-hal yang baik:
Memang dahulu kita adalah orang berdosa, sehingga kita tidak DAPAT memuliakan Tuhan dengan lidah kita. Tetapi Tuhan telah menyucikan kita, Tuhan telah menjamah seluruh bagian tubuh kita, dengan darahNya yang tercurah diatas kayu salib. Sehingga tidak ada satu pun yang tidak berkenan kepadaNya termasuk Lidah kita.
            Tuhan menciptakan Lidah dengan tujuan yang mulia, supaya kita dapat memuji memuliakan Dia, dan menjadi berkat bagi orang lain lewat tutur kata kita. Karena itu pergunakanlah lidah kita untuk:
1.      Memuji Tuhan
2.      Berdoa kepada Tuhan (mendoakan orang-orang yang menghina, memfitnah, bahkan menggosip anda)
3.      Untuk mengajarkan yang baik kepada anak-anak, kepada orang muda, kepada sahabat
4.      Untuk memberkati orang lain
5.      Untuk menyatakan kasih kepada orang lain
6.      Untuk memotivasi orang lain/bukan untuk mematikan orang lain

7.      Untuk menyatukan semua orang/bukan untuk memecah belah

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERDOA DAN BEKERJA 2 TES. 3: 1-15 LATAR BELAKANG: Surat tesalonika dituliskan oleh Paulus yang ditunjukkan kepada jemaat Tesa...